![]() |
Ilustrasi wanita berkarier. |
"Wanita, apalagi yang berada di Indonesia, hidupnya yang sangat berat sekali karena omongan orang lain. Sangat banyak wanita yang terpaksa melupakan mimpi maupun impiannya karena hanya takut : 'Nanti orang lain bilang apa kalau saya tidak begini, tidak begitu ?' ujar penyanyi Anggun tentang lagu barunya, "Siapa Bilang Nggak Bisa." Anggun berharap lagu itu dapat menginspirasi semua para wanita yang berada di Indonesia maupun diluar untuk menggacapai cita-cita setinggi langit. Juga mendobrak semangat dan batasan yang tak adil yang kerap dipatok konstruk sosial bagi para wanita.
Pada 2007, sejarawan Harvard, Laurel Thatcher Ulrich, menulis suatu buku yang berjudul provokatif :Well-Behaved Women Seldom Make History-- artinya wanita baik-baik jarang menciptakan suatu sejarah. Meski dianggap mengejutkan dan tidak pantas, pernyataan ini bukan omong kosong. Ulrich mengisahkan riwayat para-para tokoh perempuan, antara lain Christine De Pizan, penulis terkemuka abad pertengahan.
Di Indonesia, tentu ada beberapa wanita-wanita yang menciptakan suatu sejarah. Misal kita bilang Dewi Sartika, pada tahun 1904 saat masyarakat yakini bahwa ruang gerak wanita hanya sebatas sumur dan kasur, putri menak Bandung itu malah membuka Sakola Istri, Sekolah pertama yang berada di Tatar Priangan untuk para perempuan pribumi.
Pada 1911 di Sumatera Barat, Rohana Kudus mendirikan sekolah Amai Setia yang secara khusus mengajari para wanita membuat barang-barang kriya, untuk kemudian dijual.
Perempuan Mencipta Sejarah
Dewi Sartika dan Rohana Kudus menunjukkan bahwa keberadaan ruang bagi wanita itu tertutup hanyalah mitos. Siapa yang bilang kalau perempuan itu tidak bisa dididik, mandiri, bersuara, dan membuat sejarah ?
Pembongkaran mitos-mitos merugikan itu berjalan terus dan atas nama kemanusiaan, ia memang perlu diteruskan hingga tak ada lagi diskriminasi berdasarkan gender, hingga dunia tidak lagi berat sebelah.
Pada tahun 2016, menyebut jumlah penduduk Indonesia adalah 258,71 juta jiwa, dan 128,72 juta jiwa diantaranya ialah wanita. Komposisi penduduk berusia produktif antara perempuan dan laki-laki pun cukup berimbang : 66,95% berbanding 66,99%. Namun, menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada tahun yang sama, jumlah keseluruhan pekerja dari 17 sektor pekerjaan masih didominasi pria. Rinciannya : 45,8 juta orang pekerja, terdiri dari 29,3 juta pria dan 16,4 juta wanita.
Posting Komentar